‘Open Source’ Berkembang karena Penolakan Atas Monopoli
JAKARTA--MIOL: Pengembangan Open Source Software (OSS) yang mulai ramai di negara-negara berkembang sebenarnya dilatarbelakangi penolakan terhadap ‘penjajahan’ dan monopoli perusahaan-perusahaan raksasa seperti Microsoft dan sejenisnya.
Praktisi Teknologi Informasi dari Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi ITB, Adi Indrayanto yang menghadiri Asia Open Source Software Symposium (AOSSS) VIII yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, pada 13-15 Februari dan akan ditutup, Kamis mengatakan, perusahaan-perusahaan raksasa TI telah membuat pengguna komputer di seluruh dunia tergantung pada produk produknya.
"Mereka menang karena jaringan dan promosi, seperti Microsoft misalnya mereka bekerjasama dengan produsen chip yang langsung diserahkan melalui vendor-vendor yang ada. Padahal programer di luar microsoft juga tak kalah canggih," katanya.
Ia mencontohkan piranti lunak Linux yang dikembangkan komunitas open source kemudian terus berkembang menjadi berbagai aplikasi yang kode-kodenya terbuka, dapat di-download dan dimanfaatkan secara gratis oleh siapapun dan dikembangkan sendiri menjadi berbagai aplikasi lainnya, seperti redhat, fedora, Ubuntu hingga IGOS Nusantara.
Ini membedakan dengan software proprietari yang kode-kodenya tertutup dan dijual dengan harga puluhan hingga ribuan dolar AS seperti Microsoft, Adobe dan lain-lain.
Ia membantah anggapan tentang sulitnya melakukan migrasi dari Microsoft Windows ke aplikasi open source.
"Ketika kita berpindah dari Microsoft Windows95, 98, 2000 ke WindowsXP lalu sebentar lagi ke windowsvista, mengapa mereka bisa, padahal tampilannya berbeda-beda. Padahal perusahaan itu sengaja terus meng-upgrade windowsnya supaya masyarakat terus membeli," kata Adi.
Jadi, ujarnya, tak ada alasan sebenarnya untuk bermigrasi dari windowsXP ke sistem operasi linux dan turunannya yang sebenarnya tak kalah canggih sekaligus bisa didapatkan dengan gratis.
Ia juga mencontohkan windowsXP yang tak bisa berjalan di pentium I sementara Linux tetap bisa, belum lagi Linux lebih aman terhadap virus yang biasa menggerogoti sistem operasi windows.
Sementara itu, dalam simposium tersebut, diumumkan pemenang Codefest, suatu acara di mana programmer berkumpul untuk membuat program secara marathon yang diadakan di ITB Bandung sebelum simposium, yakni pada 11-12 Februari lalu.
Untuk kategori umum pemenangnya adalah, Mohamad Octamanulla dan Ibrahim Arief (penyusun program ANGEL-3Dgame engine), Ifnu Bima (Rembug-project management package), P Ruswono Aryan dan Ibrahim Ajie (furry-fuzzy rules inference system), dan Diki Andeas (toombila-ruby on rails groupware) dengan hadiah perjalanan dan akomodasi menghadiri AOSSS di Nusa Dua, Bali.
Simposium itu dihadiri para pakar dan praktisi Teknologi Informasi dari Jepang, India, Pakistan, China, Korea, Srilanka, Bangladesh, Nepal, Mongolia, Taiwan, dan negara-negara anggota Asean.
Simposium ke-8 bertema Utilization of OSS to Close the Digital Gap and Economic Impact itu bertujuan untuk mengembangkan inisiatif produk OSS di negara-negara Asia. (Ant/OL-03)